BAB I
PENDAHULUAN
Mata
kuliah statistika bagi mahasiswa sangat diperlukan terutama ketika seorang
mahasiswa harus mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginterprestasikan
data untuk pembuatan skripsi, thesis atau disertasi. Dalam hal ini pengetahuan
statistik dipakai dalam menyusun metodologi penelitian.
Sebagai
suatu ilmu, kedudukan statistika merupakan salah satu cabang dari ilmu
matematika terapan. Oleh karena itu untuk memahami statistika pada tingkat yang
tinggi, terebih dahulu diperlukan pemahaman ilmu matematika.
Dinegara
maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang, ilmu statistika berkembang dengan pesat
sejalan dengan berkembangnya ilmu ekonomi dan teknik. Bahkan kemajuan suatu negara
sangat ditentukan oleh sejauh mana negara itu menerapkan ilmu statistika dalam
memecahkan masalah-masalah pembangunan dan perencanaan pemerintahannya. Jepang
sebagai salah satu negara maju, konon telah berhasil memadukan ilmu statistika
dengan ilmu ekonomi, desain produk, psikologi dan sosiologi masyarakat.
Sejauh
itu ilmu statistika digunakan pula untuk memprediksi dan menganalisis perilaku
konsumen, sehingga Jepang mampu menguasai perekonomian dunia sampai saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Statistik.
Kata
Statistik dapat diberi arti atau pengertian yang bermacam-macam:
A. Dari segi etimologi (secara
harfiyah)
Secara
etimologis kata Statistik berasal dari kata Status (Bahasa Latin), yang
mempunyai persamaan arti dengan kata State (Bahasa Inggris) dan kata Staat
(Bahasa Belanda), yang dalam Bahasa Indonesia kata tersebut berarti Negara.
Dalam hubungan ini, memang Statistik dikenal pada mula pertama kehadirannya
sebagai “Bahan-bahan keterangan (data) yang mempunyai arti sangat penting dan
mengandung kegunaan yang sangat besar bagi suatu negara (dalam hal ini
Pemerintah). Bahan-bahan
keterangan itu misalnya adalah bahan-bahan keterangan mengenai banyaknya
penduduk, kelahiran, perkawinan, perceraian, kamatian, pertanian, perdagangan,
perpajakan, kesehatan, kemiliteran, pendidikan dan lain sebagainya, yang tidak
dapat dikesampingkan, sebab bahan-bahan keterangan itu akan dapat dijamdikan
dasar, pegangan atau pedoman di dalam pengambilan keputusan atau kebijaksanaan
yang dianggap perlu oleh negara (pemerintah).
Sementara itu, dalam bahasa Inggris
dikenal adanya dua buah kata “Statistik” yang masing-masing mempunyai arti yang
berbeda-beda, yaitu
1.
“Statistics”
(dengan huruf S di akhir suku katanya), dan
2.
“Statistic”
(tanpa huruf S diakhir suku katanya). Kata Statistics berarti: Ilmu
Statistik; sedang kata Statistic berarti ukuran, yaitu ukuran yang
diperoleh dari sampel (bukan dari populasi).
B. Dari segi terminologi (secara
lafdhiyah):
Secara
terminologi kata Statistik dapat diberi pengertian yang bermacam-macam,
masing-masing tergantung pada pemakaian atau penggunaan kata tersebut; antara
lain:
a. Kata Statistik dengan pengertian
sebagai Data Statistik.
Data Statistik
ialah bahan-bahan keterangan yang berupa angka atau bilangan dengan
persyaratan-persyaratan tertentu.
Contoh: apabila kita menyebut
Statistik NTCR maka kata Statistik dalam ungkapan kata-kata itu mengandung
pengertian: bahan-bahan keterangan mengenai (yang berhubungan dengan)
peristiwa-peristiwa Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, yang tertuang dalam bentuk
angka-angka tau bilangan-bilangan.
b. Kata Statistik dengan pengertian
sebagai Daftar (Tabel) atau keadaan
Contoh: Di halaman-halaman surat
kabar misalnya, sering dijumpai kata-kata Statistik 9 Bahan Pokok Kebutuhan
Hidup Sehari-hari (Beras, gula pasir, garam, minyak tanah, minyak goreng, kain
blaco dan lain sebagainya). Kata Statistik di sini mengandung pengertian:
sebuah daftar atau tabel yang I dalamnya dilukiskan atau disajikan bahan-bahan
keterangan mengenai keadaan harga-harga sembilan macam bahan pokok kebutuhan
sehari-hari.
c. Kata Statistik dengan pengertian
sebagai Kegiatan Perstatistikan atau Kegiatan Penstatistikan.
Contoh: Biro Pusat Statistik, adalah
sebuah biro (Unit Kerja) pada suatu instansi yang bidang kegiatannya atau tugas
pokoknya adalah menangani kegiatan-kegiatan perstatistikan atau penstatistikan.
d. Kata Statistik dengan pengertian
sebagai Metode Statistik.
Tidak jarang
pula kata Statistik diberi pengertian sebagai Metode Statistik. Yang dimaksud
dengan Metoe Statistik ialah Cara-cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan
menganalisa data angka dengan secara teratur, ringkas dan jelas, dengan tujuan
agar dapat memberikan deskripsi (pelukisan atau penggambaran) tentang keadaan
data dimaksud.
Contoh: Seorang
Dosen memberikan petunjuk atau bimbingan kepada salah seorang mahasiswa yang
sedang menyusun Skripsi Sarjana, agar analisa datanya dilakukan secara
Statistik. Ini mengandung pengertian bahwa mahasiswa tersebut diminta oleh
Dosen Pembimbingnya untuk mempergunakan Metode Statistik dalam rangka
penganalisaan datanya.
e. Kata Statistik dengan pengertian
Ilmu Statistik.
Dimaksud dengan Ilmu Statistik ialah
Ilmu pengetahuan yang membahas atau mempelajari tentang cara-cara pengumpulan
data, pengolahan, penyajian, penganalisaan dan penarikan kesimpulan-kesimpulan
terhadap data yang berwujud angka (bilangan), serta menyusun ramalan-ramalan
secara ilmiah (prediction) atas dasar angka tersebut.
2. Statistik, Fungsi dan Kegunaannya.
a.
Fungsi
Statistik.
Secara singkat
dapat dikemukakan bahwa Statistik sebagai ilmu pengetahuan pada dasarnya
berfungsi sebagai ALAT BANTU. Misalnya:
(a) Sebagai alat bantu untuk meringkas laporan, baik laporan administratip
maupun laporan hasil penelitian ilmiah, yang berupa atau terdiri dari
angka-angka atau bilangan-bilangan; (b) Sebagai alat bantu di dalam menyusun
perencanaan, terutama perencanaan yang memerlukan bahan-bahan keterangan yang
berupa angka-angka; (c) Sebagai alat bantu di dalam mengadakan evaluasi atau
penilaian terhadap suatu gejala, peristiwa atau keadaan, dan lain sebagainya.
b.
Kegunaan
Statistik.
Di antara kegunaan Statistik sebagai ilmu pengetahuan
adalah: (a) Untuk menggambarkan keadaan, baik secara umum amupun secara khusus;
(b) Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan (pasang-surut) dari waktu ke
waktu; (c) Untuk mengetahui permandingan (membandingkan) antara gejala yang
satu dengan gejala yang lain; (dalam) Untuk menilai keadaan dengan jalan
menguji perbedaan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain; (e) Untuk
menilai keadaan dengan jalan mencari hubungan antara gejala yang satu dengan
gejala yang lain; (f) Untuk menjadi dasar atau pedoman, baik di dalam menarik
kesimpulan, mengambil keputusan, serta memperkirakan terjadinya sesuatu hal
atas dasar bahan-bahan keterangan (data) yang telah berhasil dihimpun, dan lain
sebagainya.
3. Fungsi Dan Kegunaan Dalam Dunia
Pendidikan
Kemajuan atau perkembangan anak didik setelah mereka menempuh proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu sebenarnya yang bersifat kualitatif, akan tetapi diubah menjadi data yang bersifat kuantitatif karena dalam kegiatan pernilaian hasil pendidikan cara yang paling umum adalah dengan menggunakan data kuantitatif , maka tidak perlu diragukan lagi bahwa statistik dalam hal ini akan mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai alat bantu, yaitu alat bantu untuk memperoleh, menganalisis dan menyimpulkan hasil yang telah di capai dalam kegiatan penilaian tersebut.
a.
Memperoleh
gambaran baik, gambaran secara khusus maupun gambaran secara umum tentang suatu
gejala,keadaan atau peristiwa.
b.
mengikuti
perkembangan atau pasang surut mengenai gejala keadaan atau peristiwa tersebut,
dari waktu ke kewaktu.
c.
Melakukan
pengujian, apakah gejala yang satu berbeda dengan gejala yang lain ataukah
tidak, jika terdapat perbedaan apakah perbedaan itu merupakan perbedaan yang
berarti (menyakinkan) ataukah perbedan itu terjadi hanya secara kebetulan saja.
d.
Mengetahui,
apakah gejala yang satu ada hubungannya dengan gejala yang lain.
e.
Menyusun
laporan yang berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
f.
Manarik
kesimpulan secara logis, mengamil keputusan secara tepat dan mantap, serta
dapat memperkirakan atau meramalkan hal-hal yang mungkin terjadi di masa
mendatang, dan langkah konkret apa yang kemungkinan perlu dilakukan oleh
seorang pendidik.
4. Pegolahan Statistik.
Statistik
sebagai ilmu pengetahuan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu Statistik
Deskriptif (Description Statistics) dan Statistik Inferensial (Inferencial
Statistics).
a. Statistik Deskriptif.
Dimaksud dengan Statistik Deskriptif
adalah Statistik yang membahas atau mempelajari tentang cara-cara mengumpulkan,
mengolah (mengatur), menyajikan dan menganalisa data angka dengan cara yang
teratur, ringkas dan sederhana, sehingga mudah dimengerti dan menarik
perhatian.
Istilah lain untuk Statistik Deskriptif adalah Statistik
Deduktif. Statistik jenis ini sifatnya hanya menggambarkan data seringkas
mungkin, seteratur mungkin dan sejelas mungkin, sehingga pembaca data mudah
memperoleh pengertian dari padanya. Termasuk dalam kegiatan ini misalnya
pembuatan tabel-tabel (daftar-daftar), grafik-grafik (diagram-diagram atau
bagan-bagan), curve-curve, dan lain sebagainya.
b. Statistik Inferensial.
Adapun yang dimaksud dengan Statistik Inferensial adalah
Statistik yang bertujuan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan, pengontrol
keadaan, serta menyusun ramalan-ramalan secara ilmiah atas dasar data angka.
Istilah lain untuk Statistik Inferensial ialah Statistik
Induktif. Statistik jenis ini berusaha untuk mencoba untuk dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan yang khas dimana dikehendaki suatu penilaian atau
keputusan. Dengan demikian, maka Statistik Inferensial atau
Statistik Induktif ini tarafnya lebih dalam dan lanjut dari pada Statistik
Deskriptif atau Statistik Deduktif yang telah disebutkan di atas.
5. Bahan Mentah Statistik.
Bahan mentah bagi Statistik tiada lain adalah data (jama
dari kata datum), yaitu data yang berwujud angka-angka (bilangan-bilangan),
atau lebih dikenal dengan istilah Data Kwantitatif, dan Data Kwantitatif inilah
yang dikenal dengan istilah Data Statistik.
Mengenai data
angka ini dalam Statistik dapat mempunyai kedudukan (status) yang berbeda-beda.
Kadang-kadang ia berkedudukan sebagai lambang dari variabel atau lambang dari
gejala yang diselidiki, yang sifatnya kwalitatif, akan tetapi dilambangkan
dengan angka; misalnya usia (kwalitatif) dilambangkan dengan 25 (maksudnya 25 tahun),
dan sebagainya. Kadang-kadang ia berkedudukan sebagai frekwensi, yaitu lambang
dari angka-angka yang menunjukkan seberapa kali gejala berulang dalam suatu
distribusi data, dan kadang-kadang pula ia berkedudukan atau melembangkan
jumlah (hasil penjumlahan).
Dalam Statistik
kita juga mengenal istilah angka-angka Eksak dan Angka-angka Aproksimatip.
Angka-angka Eksak (angka-angka yang pasti) ialah angka-angka
yang diperoleh dari proses penjumlahan dan dapat dinyatakan sampai dengan unit
yang terakhir. Contoh: Dalam tahun 1979 pada 15 buah kecamatan di suatu
Kabupaten, tercatat sebanyak 375 peristiwa Pernikahan.
Adapun Angka-angka Aproksimatip (angka-angka perkiraan)
adalah angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang biasanya bersifat
perkiraan. Contoh: Jika kita mengukur panjang sebuah meja tulis, misalnya 1,5
Meter, maka angka 1,5 itu sebenarnya bersifat Aproksimatip saja atau perkiraan
belaka. Sebab jika dipergunakan alat pengukur lain yang lebih peka/lebih
teliti, mungkin panjang meja tulis itu adalah 1,51 meter atau mungkin juga 1,49
meter.
Meskipun demikian, tidaklah semua angka-angka perkiraan itu
adalah merupakan hasil dari pengukuran, sebab angka-angka yang diperoleh dari
proses penjumlahan pun dapat dinyatakan dalam jumlah kira-kira. Misalnya, jika
disebut bahwa penduduk Kotamdya Yogyakarta 2 juta orang, maka 2 juta itu
sebenarnya relatih dan bersifat perkiraan. Sebab dalam kenyataannya mungkin
jumlah yang sebenarnya adalah 2.681.106 orang.
6. Ciri Khas
Statistik.
Pada dasarnya Statistik memiliki tiga ciri khas, yaitu:
a.
Statistik
selalu bekerja dengan angka (bilangan).
Ini mengandung
pengertian bahwa tanpa data angka mak Statistik tidak akan mampu melaksanakan
tugasnya sebagai ilmu pengetahun.
Meskipun
demikian bukanlah berarti bahwa data yang bukan angka (data kwalitatip) tidak
mungkin digarap secara Statistik. Data kwalitatif pun sebenarnya dapat diolah secara
Statistik, asalkan terlebih dahulu diubah menjadi data angka (data kwantitatip)
dengan kata lain data kwalitatip itu di kwantifikasikan lebih dahulu (proses
kwantifikasi). Contoh: “Pandai”, “cukup”, “kurang” adalah data kwalitatip. Data
demikian dapat saja diolah dengan Statistik, caranya: (1) Harus diketahui
berapa orang (dituangkan dalam bentuk angka) yang tergolong pandai, cukup dan
kurang itu; (2) Yang disebut pandai, cukup, dan kurang itu nilainya berapa
(dituangkan dalam bentuk angka, misalnya “Pandai” nilainya= 80 – 100; “cukup”
nilainya= 60 – 79; “Kurang” nilainy= 0 – 59 dan sebagainya.
b.
Statistik
bersifat obyektif.
Ini mengandung
pengertian bahwa Statistik bekerja menurut obyeknya; dengan kata lain Statistik
bekerja menurut apa adanya. Kesimpulan-kesimpulan atau ramalan-ramalan yang
dihasilkan oleh Statistik adalah semata-mata didasarkan atas angka-angka yang
dihadapi dan diolah dan bukan didasarkan atas subyektifitas atau
pengaruh-pengaruh luar lainnya. Itulah sebabnya mengapa Statistik sering
dikatakan sebagai “Alan penilai kenyataan”.
c.
Statistik
bersifat universal.
Ini mengandung
pengertian bahwa ruang lingkup atau ruang gerak dan bidang garapan Statistik
tidaklah sempit. Statistik dapat dipergunakan atau diterapkan dalam hampir
semua cabang kegiatan hidup manusia. Dapat disaksikan misalnya: Statistik
harga, Statistik moneter, Statistik Eksport dan Import, Statistik Penduduk,
Statistik Kelahiran, Statistik Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk, Statistik
Pertanian, Statistik Perdagangan, Statistik Kriminalitas, Statistik Psikologi
dan Pendidikan, Statistik Kesehatan, Statistik Lalu Lintas….. dan lains
sebagainya, dan sudah barang tentu termasuk pula di dalamnya Statistik
Keagamaan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Statistik bersifat menyeluruh
atau bersifat universal.
7. Pokok-pokok Persoalan Statistik.
Pada dasarnya pokok-pokok persoalan
yang dibahas dalam ilmu Statistik ada tiga, yaitu:
1.
Persoalan
tentang rata-rata (Average);
2.
Persoalan
tentang pemencaran atau penyebaran data (variability=dispersion);
3.
Persoalan
tentang hubungan/saling hubungan (correlation/association).
a.
Persoalan tentang rata-rata
Persoalan
mengenai rata-rata sebenarnya sering kali kita jumpai dalam kehidupan kita
sehari-hari. Seorang tenaga pengajar perlu sekali memperoleh gambaran tentang
berhasil atau tidaknya ialah mengajar di hadapan anak didiknya. Untui itu maka
evaluasi mutlak sangat diperlukan. Salah satu caranya ialah dengan jalan
mengetahui berapakah rata-rata nilai yang berhasil dicapai oleh anak didiknya
dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang pejabat Peradilan
Agama akan dapat mengetahui pasang surutnya N-T-C-R dalam beberapa tahun
terakhir (misalnya selama PELITA II). Untuk keperluan tersebut ialah perlu
mengetahui berapa kali rata-rata terjadi N-T-C-R tiap-tiap tahun di lingkungan
wilayah yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Seorang Kepala Kantor
wajib mengetahui antara lain berapakah rata-rata keperluan kertas dan karbon
untuk keperluan administrasi perkantoran dalam tiap-tiap tahunnya, agar mudah
di dalam mengajukan DUK (Daftar Ususlan Kegiatan). Agar dapat ditentukan dengan
tepat berapa buah bola lampu yang harus diproduksi setiap tahun, maka seorang
Pengusaha Pabrik Bola Lampu Pijar akan disibukkan dengan perhitungan rata-rata
kekuatan (daya tahan) lampu-lampu pijar yang diproduksi pabriknya. Demikian
seterusnya.
Dengan
contoh-contoh seperti dikemukakan di atas jelas menunjukkan bahwa pada dasarnya
idea-idea Statistik (Statistical Ideas) dengan sadar atau tidak sadar
sebenarnya telah banyak dan acap kali kita praktekkan dalam hidup kita
sehari-hari. Persoalan rata-rata ini sangat penting, sebab dengan mengetahui
suatu buah angka rata-rata saja, akan tergambar atau tercermin keadaan umum
secara menyeluruh. Dan
inilah persoalan pertama yang dibahas dalam Statistik.
b.
Persoalan tentang pemencaran atau penyebaran data.
Persoalan kedua yang dibahas dalam
Statistik adalah apa yang dikenal dengan istilah Dispersi atau Variabilita
(penyebaran atau pemencaran data).
Tentang hal ini kiranya akan dapat
dipahami melalui keterangan atau contoh berikut ini:
§ Seorang Dekan Fakultas mengalami
kesulitan dalam menetapkan 1 (satu) orang Sarjana Teladan disebabkan karena
terdapat 3 orang Sarjana yang memiliki nilai rata-rata yang sama (dalam contoh
ini semuanya memiliki nilai rata-rata sebesar 7), padahal predikat Sarjana
Teladan itu hanya mungkin diberikan pada satu orang saja. Adapun data tentang
nilai-nilai yang dicapai oleh ketiga orang sarjana itu adalah sebagai berikut:
§ Nilai-nilai Sarjana “A” =
62-69-78-66-71-74-64-76; Nilai rata-rata = 560: 8 Vak = 70;
§ Nilai-nilai Sarjana “B” =
70-70-70-70-70-70-70-70; Nilai Rata-rata = 560: 8 Vak = 70;
§ Nilai-nilai Sarjana “C” =
60-77-60-75-65-79-61-80; Nilai Rata-rata = 560: 8 Vak = 70.
Apabila data tersebut diukur
penyebaran atau pemencaran angka-angkanya, maka secara Statistik dapat
ditentukan bahwa sarjana “B” lah yang berhak diberi predikat sebagai sarjana
teladan, sebab data yang dimiliki oleh “B” sifatnya homogin (dalam arti tingkat
pengetahuannya serasi dan seimbang untuk keseluruhan vak), sedangkan data yang
dimiliki “A” dan “C” terlalu banyak mempunyai variasi.
c.
Persoalan tentang hubungan/saling hubungan
Masalah korelasi atau asosiasi
inipun merupakan persoalan yang fundamental dalam ilmu Statistik, sehingga
sementara sarjana dan para ahli mengatakan bahwa “Jiwanya ilmu Statistik adalah
terletak pada persoalannya tentang korelasi”. Tidak jauh berbeda dengan dua
persoalan yang telah diuraikan di atas, persoalan tentang saling hubungan atau
korelasi inipun sebenarnya acap kali kita jumpai dan bukan merupakan persoalan
yang asing lagi.
Kurangnya gizi anak akan
mempengaruhi atau ada hubungannya dengan rendahnya nilai-nilai hasil belajar
yang dicapai oleh seorang murid; naiknya produktivitas bahan pangan ada
korelasinya dengan menurunnya angka-angka kematian; meningkatnya harga bahan
bakar minyak berhubungan searah dengan naiknya ongkos angkutan dan aniknya
harga kebutuhan pokok hidup sehari-hari lainnya; tinggi-rendahnya tingkat
pendidikan mungkin ada hubungannya banyak sedikitnya angka-angka perceraian,
dan seterusnya.
Contoh-contoh di atas menunjukkan
bahwa antara satu gejala (atau lebih) dengan gejala yang lain mempunyai
hubungan satu sama lain, atau mempunyai korelasi.
Persoalan tentang korelasi ini
menjadi sangat penting, sebab dengan mengetahui ada-tidaknya hubungan antara
gejala yang satu dengan gejala lainnya kita akan dapat melakukan suatu langkah
atau tindakan yang dianggap perlu. Jika berdasarkan hasil penelitian secara
Statistik ternyata bahwa memang benar banyaknya pemutaran film-film avonturir
(film-film sex, gangster, blue film, dan sebagainya) ada hubungannya dengan
merosotnya moral para remaja, maka sudah barang tentu tanpa ragu-ragu akan
dapat diambil tindakan konkrit berupa: dilarangnya import-import film sejenis
itu yang sangat merugikan kehidupan dunia remaja kita.
Teknik korelasi dalam Statistik
bukan hanya dapat mengetahui ada-tidaknya hubungan antara gejala yang satu
dengan gejala yang lain, melainkan dapat pula mengukur seberapa besar kuat
hubungan itu dan hubungan bersifat searah ataukah berlawanan arah, serta
menyatakan apakah hubungan itu meyakinkan ataukah tidak.
BAB III
KESIMPULAN
Secara etimologis kata Statistik
berasal dari kata Status (Bahasa Latin), yang mempunyai persamaan arti dengan
kata State (Bahasa Inggris) dan kata Staat (Bahasa Belanda), yang dalam Bahasa
Indonesia kata tersebut berarti Negara.
Kemajuan atau perkembangan anak
didik setelah mereka menempuh proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu
sebenarnya yang bersifat kualitatif, akan tetapi diubah menjadi data yang
bersifat kuantitatif karena dalam kegiatan pernilaian hasil pendidikan cara
yang paling umum adalah dengan menggunakan data kuantitatif , maka tidak perlu
diragukan lagi bahwa statistik dalam hal ini akan mempunyai fungsi yang sangat
penting sebagai alat bantu, yaitu alat bantu untuk memperoleh, menganalisis dan
menyimpulkan hasil yang telah di capai dalam kegiatan penilaian tersebut.
a.
Memperoleh
gambaran baik, gambaran secara khusus maupun gambaran secara umum tentang suatu
gejala,keadaan atau peristiwa.
b.
mengikuti
perkembangan atau pasang surut mengenai gejala keadaan atau peristiwa tersebut,
dari waktu ke kewaktu.
c.
Melakukan
pengujian, apakah gejala yang satu berbeda dengan gejala yang lain ataukah
tidak, jika terdapat perbedaan apakah perbedaan itu merupakan perbedaan yang
berarti (menyakinkan) ataukah perbedan itu terjadi hanya secara kebetulan saja.
d.
Mengetahui,
apakah gejala yang satu ada hubungannya dengan gejala yang lain.
e.
Menyusun
laporan yang berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
f.
Manarik
kesimpulan secara logis, mengamil keputusan secara tepat dan mantap, serta
dapat memperkirakan atau meramalkan hal-hal yang mungkin terjadi di masa
mendatang, dan langkah konkret apa yang kemungkinan perlu dilakukan oleh
seorang pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. 1983. Psikologi Umum. Surabaya :
PT. Bina Ilmu.A.M., Sardiman. 2004.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta : RajawaliPers.Arikunto, Suharsimi. 1998.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta :Rineka Cipta.Asrori, Mohammad. 2007.
Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.Azwar,
Saifuddin. 2000.
Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. 1997.
Strategi Belajar Mengajar . Jakarta
: RinekaCipta.Effendi, Usman dan Juhaya S.
Praja. 1993.
Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem.
Jakarta : Bumi Aksara.Hasbullah. 2001.
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.Joyce and Weil. 1996.
Psikologi Kependidikan. Bandung :
IKIP.Munandar, Utami.
1992.
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
RemajaRosdakarya. Nawawi, Hadari.
1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar