BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan UUD 1945 (sebelum perubahan), MPR merupakan lembaga tertinggi
negara sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Perubahan
UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. Kini
MPR berkedudukan sebagai lembaga tinggi negara yang setara dengan lembaga
tinggi negara lainnya seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK.
MPR juga tidak lagi memiliki
kewenangan untuk menetapkan GBHN. Selain itu, MPR tidak lagi mengeluarkan Ketetapan MPR
(TAP MPR), kecuali yang berkenaan dengan menetapkan Wapres menjadi Presiden,
memilih Wapres apabila terjadi kekosongan Wapres, atau memilih Presiden dan
Wakil Presiden apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersama-sama. Hal ini berimplikasi pada materi dan status hukum Ketetapan
MPRS/MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.
Saat ini
Ketetapan MPR (TAP MPR) tidak lagi menjadi bagian dari hierarki Peraturan
Perundang-undangan. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
dari Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah
dan golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
Undang-undang yang mengatur susunan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dewasa ini
ialah Undang-Undang No. 16 tahun 1969 jo. UU No. 5 Tahun 1975, tentang Susunan
dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
1) Makna pembukaan UUD 1945 bagi perjuangan bangsa Indonesia
Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi
yang berlaku di Indonesia, maka pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari
motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan
sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakan baik dalam
lingkungan nasional, maupun dalam hubungan bangsa-bangsa di Dunia. Pembukaan
yang telah dirumuskan secara khidmat dalam (4) alenia itu, setiap alenia dan
kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai
yang universal dan lestari. Universal karena mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang berada dimuka bumi. Lestari, karena
mengandung dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan
bangsa dan Negara selama bangsa Indonesia tetap setia terhadap Negara
proklamasi 17 Agustus 1945.
2) Makna alenia-alenia pembukaan UUD 1945
Alenia pertama dari pembukaan UUD 1945,
menunjukan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah . dengan
pernyataan itu bukan saja bangsa Indonesia bertekkad untuk merdeka , tetapi
akan terus berdiri di barisan paling depan untuk menentang dan menghapuskan
penjajahan diatas dunia.
Alenia kedua menunjukan kebanggaan dan
peghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama ini. ini juga berarti
adanya kesadaran bahwa, keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari keadaan
kemarin dan langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan keadaan yang akan
datang. Dalam alenia itu jelas apa yang dikehendaki dan diharapkan oleh para
pengantar kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap jiwa bangsa
Indonesia dan terus berusaha untuk mewujudkannya.
Alenia ini menunjukan adanya ketepatan dan
ketajaman penilaian:
1.
Bahwa perjuangan pergerakan di Indonesia telah pada tingkat yang
menentukan.
2.
Bahwa momentum yangtelah berhasil dicapai tersebut harus
dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3.
Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan ahir tetapi
masih harus terus diisi dengan mewujudkan bangsa Indonesia yang merseka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alenia yang ketiga menegaskan lagi apa
yang menjadi motivasi riil dan materil bangsa Indonesia untuk menyatakan
kemerdekaanya, tetapi juga menjadi keyakinan, motivasi sepiritual , bahwa
maksud dan tindakannya menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah yang maha
kuasa. Dengan ini digambarkan bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang
berkeseimbanan kehidupan material dan sprituil, keseimbangan kehidupan baik di
dunia maupun di aherat.
Alenia keempat merumuskan dengan padat
sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai ttujuan bangsa Indonesia
setelah menyatakan dirinya merdeka. Tujuan perjuangan bangsa Indonesia
dirumuskan dengan: “Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
serta seluruh tumph darah Indonesia, dan untuk memeajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Sedangkan
prinsip besar yang tetap dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah
dengan: menyusun kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan pada Pancasila. Dengan
rumusan yan panjang dan padat ini, alenia keempat pembukaan Unang-undang Dasar
sekaligus menegaskan:
§ Negara Indonesia
mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memejukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
§ Negara Indonesia
berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.
§ Negara Indonesia
mempunyai dasar falsafah Pancasila.
B.
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR 1945
·
Lembaga Negara
Yang dimaksud
dengan Lembaga-Lembaga Negara adalah alat perlengkapan Negara sebagaimana
dimaksudkan oleh Undang-undang Dasar 1945, yaitu:
- Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Majelis
Permusyawaratan Rakyat adalah salah satu lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah. Dahulu sebelum Reformasi MPR merupakan Lembaga Negara Tertinggi, yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Utusan
Daerah,
dan Utusan Golongan.
Jumlah anggota
MPR periode 2009–2014 adalah 692 orang, terdiri atas 560 Anggota DPR dan 132
anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan
pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Tugas dan
wewenang MPR antara lain:
- Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945), (Undang-Undang Dasar)
- Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum.
- Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan (Mahkamah Konstitusi) untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
- Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.
- Memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
- Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya.
Anggota MPR
memiliki hak mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD, menentukan sikap dan
pilihan dalam pengambilan putusan, hak imunitas, dan hak protokoler. Setelah
Sidang MPR 2003, Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat tidak
lagi oleh MPR. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
negara.
Tugas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), adalah :
- Menetapkan Undang-Undang Dasar.
- Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
- Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
- MPR dapat memberhentikan Presiden sebelum habis masa jabatannya.
- Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD, dan dalam melakukan kewajibannya dibantu
oleh Wakil Presiden. (Pasal 4) Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan
Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (Pasal 5).
Tugas dan wewenang Presiden antara lain:
- Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU (Pasal 10).
- Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi Negara (Pasal 11).
- Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU (Pasal 12).
- Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13).
- Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesty dan abolisi dengan pertimbangan DPR (Pasal 14).
- Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU (Pasal 15).
- Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16).
- Presiden juga berhak mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu Presiden (Pasal 17).
·
Dewan Perwakilan Rakyat(DPR)
Dewan Perwakilan
Rakyat adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum, yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR periode
2009–2014 berjumlah 560 orang. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan
berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Sejarah DPR RI dimulai sejak
dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta yang kemudian dijadikan sebagai hari lahir DPR RI.
Tugas dan wewenang DPR antara lain:
- Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama
- Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
- Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan
- Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
- Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah
- Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
- Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
- Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial
- Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden
- Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan;
- Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi
- Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
- Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
- Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
- Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
·
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Ø Visi
Visi suatu organisasi
atau lembaga pada dasarnya adalah pernyataan cita-cita yang hendak dicapai atau
dituju oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan. Secara normatif, rumusan
visi tersebut menjadi pedoman dasar semua arah kebijakan, keputusan, dan
tindakan yang akan dilakukan. Karena itu, visi juga merupakan pernyataan
pikiran dan kehendak untuk berubah dari keadaan yang ada saat ini (das sein)
ke suatu keadaan yang diinginkan (das sollen).
Lembaga Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia (DPD RI) saat ini masih terbentur pada satu masalah
utama, yakni keberadaannya yang nisbi dan ‘serba-tanggung’ sebagai suatu
lembaga legislatif. Gagasan dasar pembentukan sebagai suatu lembaga pengimbang
(check and balance) kekuasaan, baik di lingkungan lembaga legislatif
sendiri (DPR dan MPR RI) maupun di lembaga-lembaga eksekutif (pemerintah),
belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan efektif.
Ada beberapa
penyebab utama yang dapat diidentifikasi, setidaknya sampai saat ini, yakni:
- Keberadaannya sebagai suatu lembaga baru belum menemukan format kerja dan struktur kelembagaan yang memadai;
- Sebagian besar anggotanya adalah orang-orang baru dalam dunia politik yang belum memiliki pengalaman nyata dalam praktik-praktik sistem politik Indonesia selama ini;
- Batasan fungsi dan kewenangan yang ada belum memiliki kekuatan penuh dalam proses legislasi.
Berdasarkan
masalah pokok dan mendasar itulah, rumusan visi DPD RI yang disepakati pada
Lokakarya Perencanaan Strategis DPD RI, 30 Agustus-1 September 2005 adalah
sebagai berikut :
Terwujudnya Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai lembaga legislatif yang
kuat, setaradan efektif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah menuju
masyarakat Indonesia yang bermartabat, sejahtera, dan berkeadilan dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ø Misi
Berdasarkan visi
tersebut, rumusan misi DPD RI masa bakti 2004–2009, disepakati sebagai berikut:
- Memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah untuk mewujudkan pemerataan pembangunan kesejahteraan rakyat dalam rangka memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berkesinambungan.
- Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat terhadap isu-isu penting di daerah.
- Memperjuangkan penguatan status DPD RI sebagai salah satu badan legislatif dengan fungsi dan kewenangan penuh untuk mengajukan usul, ikut membahas, memberikan pertimbangan, dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, terutama yang menyangkut kepentingan daerah.
- Meningkatkan fungsi dan wewenang DPD RI untuk memperkuat sistem check and balance melalui amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
- Mengembangkan pola hubungan dan kerja sama yang sinergis dan strategis dengan pemilik kepentingan utama di daerah dan di pusat.
·
Badan Pengawas Keuangan (BPK)
Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah
dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946
tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang
berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan
hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan
dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua
instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam
memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih
menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan
tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda), yaitu ICW
dan IAR.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI
didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu;
- UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara
- UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
- UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Ø Visi
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas,
mandiri, dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola
keuangan negara yang akuntabel dan transparan.
Ø Misi
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan
negara, serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintah yang baik, bersih, dan
transparan.
·
Tujuan Strategis
- Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan professional.
- BPK mengedepankan nilai-nilai independensi dan profesionalisme dalam semua aspek tugasnya menuju terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.
- Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan
- BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik kepentingan atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara.
- Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
- BPK bertujuan menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang berkekuatan hukum mengikat, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi BPK sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
- Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
- BPK bertujuan untuk mendorong peningkatan pengelolaan keuangan negara dengan menetapkan standar yang efektif, mengidentifikasi penyimpangan, meningkatkan sistem pengendalian intern, menyampaikan temuan dan rekomendasi kepada pemilik kepentingan, dan menilai efektivitas tindak lanjut hasil pemeriksaan.
- Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung membawahi badan
peradilan dalam lingkungan :
- Peradilan Umum pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Negeri, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
- Peradilan Agama pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Agama, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Agama dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
- Peradilan Militer pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Militer, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Militer dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
- Peradilan Tata Usaha negara pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha negara, pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung
Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kewajiban dan wewenang MA adalah:
- Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
- Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
- Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi.
BAB III
KESIMPULAN
Lembaga-
lembaga negara telah mengalami perubahan mendasar hasil UUD 1945 Perubahan yang
tentu tidak dapat dipahami berdasarkan paradigma UUD 1945 sebelum perubahan.
Perubahan mendasar yang memengaruhi tatanan kelembagaan negara adalah perubahan
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Sebelum perubahan,kedaulatan rakyat
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR.
Sebagai pemegang kekuasaan eksekutif
tertinggi adalah presiden. Pemegang kekuasaan legislatif adalah DPR.Untuk
kekuasaan yudikatif ditentukan pelakunya adalah MA dan MK. Selain
lembaga-lembaga negara tersebut, terdapat lembaga negara lain yang diperlukan
dalam penyelenggaraan negara dan kedudukannya sederajat. Lembaga negara lain
tersebut adalah MPR yang memegang kekuasaan mengubah dan menetapkan UUD,BPK
sebagai pelaksana kekuasaan auditif serta DPD yang walaupun tidak memegang
kekuasaan legislatif memiliki peran dalam proses legislasi (co-legislator).
Dengan demikian lembaga-lembaga itu
sesungguhnya adalah bagian dari organisasi pemerintahan secara nasional
walaupun ada yang menjalankan fungsi legislasi di tingkat daerah. Jika
penataan lembaga negara melalui ketentuan peraturan perundang undangan telah
dilakukan, setiap lembaga negara dapat menjalankan wewenang sesuai dengan
kedudukan masing-masing. Hal itu akan mewujudkan kerja sama dan hubungan yang
harmonis demi pencapaian tujuan nasional dengan tetap saling mengawasi dan
mengimbangi agar tidak terjadi penyalahgunaan dan konsentrasi kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadiharjo, Darji. Prof. SH, dan Sutopo Yuwono Let. Jen. Pendidikan
Pancasila Di Perguruan Tinggi, Laboratorium Pancasila Ikip Malang, 1990.
Kansil, Cst, Drs.SH, Pancasila
Dan UUD 1945, Ind-Hil-Co, Jakarta 1992.
Mukhji, Ahmad, Drs, Seri
Diktat Kuliah Pancasila, Penerbit Gunadarma, 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar