BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kajian ilmu
sejarah, tentang jalur masuknya Islam di
Indonesia masih “debatable”. Oleh karena itu perlu ada penjelasan lebih dahulu
tentang pengertian “masuk”, antara lain:
- Dalam arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).
- Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.
- Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).
Selain itu juga
masing-masing pendapat penggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi,
beberapa tulisan dari sumber barat, dan timur. Disamping jiga berkembang dari
sudut pandang Eropa Sentrisme dan Indonesia Sentrisme.
Melacak sejarah masuknya Islam ke Indonesia bukanlah urusan mudah.
Tak banyak jejak yang bisa dilacak. Ada
beberapa pertanyaan awal yang bisa diajukan untuk menelusuri kedatangan Islam
di Indonesia. Beberapa pertanyaan itu adalah, darimana Islam datang? Siapa yang
membawanya dan kapan kedatangannya?, pertanyaan ini akan dibahas pada bab berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. JALUR-JALUR ISLAMISASI DINUSANTARA
Penyebaran dan perkembangan Islam di Indonesia dilakukan
secara damai melalui beberapa saluran-saluran sebagai berikut :
1.
Jalur Perdagangan
Melalui perdagangan inilah sangat menguntungkan bagi
penyebaran Islam, karena para raja dan kaum bangsawan ikut serta dalam
perdagangan ini. Para pedagang muslim banyak
yang bermukim di pesisir Jawa (Pantura) yang penduduknya masih kafir.
2.
Jalur Sosial
Dari sudut ekonomi para pedagang muslim memiliki status
sosial yang lebih baik daripada penduduk pribumi. Sehingga penduduk pribumi,
yang terdiri dari putri-putri bangsawan tertarik menjadi istri-istri saudagar
muslim. Namun sebelum dinikahkan, terlebih dahulu diislamkan. Dari perkawinan
inilah kemudian saudagar muslim
memperoleh
banyak keturunan yang juga Islam
3.
Jalur Pengajaran
Masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara
juga dilakukan melalui jalur pendidikan. Baik di pesantren-pesantren maupun
dipondok-pondok yang diselenggarakan oleh para kiai, para ulama, dsb.
4.
Jalur Kesenian
Diantara
kesenian yang paling terkenal adalah wayang. Jalur ini dilakukan oleh Sunan
Kalijaga. Beliau adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Para penonton dibimbing untuk mengucapkan syahadat.
Sebagian cerita wayang dipetik dari Mahabarata dan Ramayana.
2. KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA
Ada
beberapa teori yang hingga kini masih sering dibahas, baik oleh sarjana-sarjana
Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Setidaknya ada beberapa teori
yang menjelaskan kedatangan Islam ke Timur Jauh termasuk ke Nusantara.
1. Teori
Pertama, diusung oleh
Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah
di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut
sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.
Dalam L’arabie et
les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut didasarkan pada
pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam
pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga mengatakan,
teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah
Nusantara dengan daratan India.
2. Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia
disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Nusantara. Teori ini
berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat
Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja tentang peringatan 10 Muharam yang
dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu Rasulullah.
Selain itu, di beberapa tempat di Sumatera Barat ada pula tradisi Tabut, yang
berarti keranda, juga untuk memperingati Hasan dan Husein. Ada pula pendukung
lain dari teori ini yakni beberapa serapan bahasa yang diyakini datang dari
Iran. Misalnya jabar dari zabar, jer dari ze-er dan beberapa yang lainnya.
Teori ini
menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah pertama
yang dijamah adalah Samudera Pasai.
Kedua teori di
atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakni Teori
Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datang
langsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada abad
ke-12 atau 13, melainkan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut teori ini, Islam
masuk ke Indonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin
memerintah. Islam sudah mulai
ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin.
3. KERAJAAN-KERAJAAN DI INDONESIA
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun
belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara,
adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan
Islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat
persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang
menyebarkan Islam.
Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim
dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan
bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari
kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia
terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu
diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H /
1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk
asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad
ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara
besar-besaran. Baru
pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para
pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara
besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki
kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa
kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak,
Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.
Pesatnya
Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya
kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti
Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam
mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya
bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai,
tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke
Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan
lil'alamin.
Dengan masuk
Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan
Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari
pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara
juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut,
Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang
terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani
berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara,
hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus.
Terutama di abad
ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara
disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan
yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama
Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan
perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan
dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam
Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin
beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam
Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit
pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal
datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur
ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka
mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama
seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap
kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi
yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur
pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511,
Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun
sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah
pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu
menggempur mereka pada tahun 1527 M.
Pertempuran besar
yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat,
yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah.
Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon
dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan
Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum
kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya
kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya
terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi
percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan
Belanda malah sudah terjangkiti gaya
hidup Eropa.
Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang.
Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih
menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari
kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit
melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil
ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada
Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda.
Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17
seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa,
Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang
Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol),
dan Perang Aceh (Teuku Umar).
́
BAB III
KESIMPULAN
Ada
beberapa teori yang hingga kini masih sering dibahas, baik oleh sarjana-sarjana
Barat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Setidaknya ada beberapa teori
yang menjelaskan kedatangan Islam ke Timur Jauh termasuk ke Nusantara.
1. Teori
Pertama, diusung oleh
Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah
di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut
sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.
2. Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia
disebut-sebut sebagai tempat awal Islam datang di Nusantara. Teori ini
berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat
Islam dengan penduduk Persia
Penyebaran dan perkembangan Islam di Indonesia dilakukan
secara damai melalui beberapa saluran-saluran sebagai berikut :
1.
Jalur Perdagangan
2.
Jalur Sosial
3.
Jalur Pengajaran
4.
Jalur Kesenian
Kerajan-kerajaan
Islam dinusantara, Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai.
Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai
tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhakim. Sejarah dan
Peradaban Islam. Malang:
Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang. 2004.
2. Dudung Abdurahman, Siti Maryam
(ed). Perkembangan Islam diIndonesia:
Yogyakarta: Penerbit Fak. Adab. 2002.
3. Dr. Badri Yatim M.A. Dirasah
Islamiyah II. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
2007.Ajid Thohir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar