BAB I
PENDAHULUAN
Dengan menyebarnya kaum muslimin di
berbagai wilayah, dengan terbentuknya kaum muslimin sebagai masyarakat sosial,
maka secara otomatis kajian-kajian ke-Islaman, khususnya tentang masyarakat
kaum muslimin layak untuk didekati dengan pendekatan sosiologis. Karena
sosiologi itu sendiri merupakan ilmu yang berkenaan dengan masyarakat sosial,
hubungan yang terjadi di dalamnya dan pengaruhnya kepada struktur masyarakat tersebut.
Islam memang tidak akan dapat
dipahami dengan universal dan humanis tanpa mendekatinya dengan pendekatan
sosiologis. Beberapa gejala dalam masyarakat kaum muslimin, selain juga bisa
didekati dengan beberapa pendekatan lain, tentu menyediakan ruang untuk dikaji
dengan pendekatan sosiologis.
Dalam makalah sederhana ini akan
diuraikan tentang sosiologi sebagai pendekatan
kajian-kajian ke-Islaman yang dapat melahirkan studi-studi ke-Islaman
yang lebih dinamis terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat.
Beberapa masalah yang akan dijawab
dalam makalah ini adalah tentang defenisi dan pengertian Sosiologi, sub-disiplin Sosiologi, pengertian pendekatan
sosiologis, agama sebagai fenomena sosiologis, pendekatan sosiologis dalam
tradisi intelektual Islam dan karya-karya dalam pendekatan sosiologis dan
prospek dan kontribusinya dalam studi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi
Secara etimologi, kata sosiologi
berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata “socius” yang berarti teman
dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara. Jadi sosiologi artinya
berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
Secara terminologi, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan
sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam
masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatakan daya atau kemampuan
manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Sosiologi adalah bagian ilmiah
tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha mencari tahu tentang hakekat dan
sebab-sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dapat
berulang. Berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada
karakteristik pikiran dan tindakan orang per-orangan, sosiologi hanya tertarik
kepada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu
kolompok atau masyarakat.
Namun perlu diingat bahwa sosiologi
adalah disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, dan ada banyak jenis
sosiolog yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan tujuan berbeda-beda.
Selain itu, sosiologi terminologikal
juga diartikan sebagai studi sistematis mengenai keadaan kelompok dan
masyarakat serta gejala-gejalanya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi setiap tindakan.
Sosiologi tidak membahas individu, akan tetapi lebih kepada gejala-gejala
sosial yang berdasar pada penjelasan sejarah, peristiwa dan kehidupan nyata.
Sosiologi juga diartikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antar
hubungan di antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, baik formil maupun materil, baik statis maupun
dinamis.
B. Sub-Disiplin Sosiologi
Secara umum sosiologi dibagi menjadi
dua,yaitu sosiologi murni dan sosiologi terapan. Dengan kata lain, sosiologi
ini dibagi menjadi sebagai ilmu terapan dan ilmu murni. Ilmu murni; melibatkan
kumpulan pengetahuan sains yang diperoleh melalui proses akumulasi. Tujuannya
adalah ilmu pengetahuan, tanpa memikirkan apakah ilmu pengetahuan itu penting
atau tidak. Sedangkan ilmu terapan, berawal dari ilmu murni yang berhubungan
dengan dasar penyelidikan pengetahuan teoritis yang maju.
Karena objek studi sosiologi itu
adalah masyarakat dan hubungan yang terjadi di dalamnya, maka seluruh bidang
yang mempunyai masyarakat akan layak dikaji dengan pendekatan sosiologi. Dengan
begitu akan muncul beberapa sub-disiplin sosiologi yang begitu banyak
dibandingkan bila dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya.
Beberapa sub-disiplin dalam
sosiologi adalah sebagai berikut: kriminologi, sosiologi sejarah, geografi
manusia, sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi pedesaan, sosiologi
agama, sosiologi kota dan sosiologi pendidikan. Berikut pembahasannya satu
persatu:
§ Kriminologi
Kriminologi
adalah suatu kajian mengenai perkembangan aktivitas kejahatan dalam hubungannya
dengan fungsi struktur institusi, dan metode mengendalikan penjahat dalam
penangkapan, interogasi, dan perawatan berikutnya.
§ Sosiologi
Sejarah
Sosiologi
sejarah adalah suatu cabang sosiologi yang menggunakan data sejarah sebagai
dasar untuk membuat generalisasi ilmiah. Ia mementingkan pola atau bentuk hidup
kejiadian-kejadian yang telah terjadi dalam sejarah, bukannya mementingkan
tertib tarikh peristiwa sejarah yang seragam seperti yang dapat disimpulkan
dari peristiwa sejarah yang lalu.
§ Geograpi
Manusia
Ilmu
ini juga dinamakan antropo-geograpi, ialah suatu ilmu mengenai hubungan timbal
balik antara manusia dengan alam lingkungan. Ia mempunyai dua prinsip
pendekatan:
pengaruh alam lingkungan seperti iklim,
topograpi, kedudukan tanah dan air, yang terdapat dalam kehidupan sosial
manusia-suatu pengaruh yang biasanya dianggap sebagai bukan penenti tetapi
sebagai suatu pembatasan terhadap batas-batas yang luas.
pengaruh
manusia terhadap alam lingkungannnya. Ini termasuk dalam arti kata yang luas,
semua perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam kebendaan, tetapi
aktivitasnya lebih khusus seperti membersihkan hutan, mengalirkan daerah rawa,
atau mempertahankan terusan.
§ Sosiologi
Industri
§ Sosiologi
ini berhubungan dengan cara mendapatkan pengetahuan mengenai proses sosial yang
terlibat dalam aktivitas industri, dan dengan organisasi industri sebagai
sistem sosial. Ia mengkaji aspek institusi mengenai aktivitas industri dan
hubungan proses sosial dalam aktivitas industri kepada proses dalam tahap-tahap
lain masyarakat.
§ Sosiologi
Politik
Sosiologi
politik adalah suatu cabang sosiologi yang menganalisa proses politik dalam
rangka bidang sosiologi, mengorientasikan pengamatannya khusus kepada dinamika
tingkah laku politik, karena ia dipengaruhi oleh beberapa proses sosial,
seperti bekerja sama, persaingan, konflik, mobilitas sosial, pembentukan
pendapatan umum, peralihan kekuasaan, beberapa kelompok, dan semua proses yang
terlibat yang mempengaruhi tingkah laku politik.
§ Sosiologi
Pedesaan
Ialah
kajian mengenai penduduk desa dalam hubungan dengan kelompoknya. Ia menggunakan
metode dan prinsip sosiologi umum dan menggunakannya dalam kajian mengenai
penduduk desa. Ia mengkaji ciri-ciri penduduk desa, organisasi sosial desa, dan
berbagai lembagai dan assosiasi yang berfungsi di dalam kehidupan sosial desa,
proses sosial yang penting seperti yang terdapat dalam kehidupan di desa,
pengaruh perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan beberapa masalah
yang dihadapi oleh masyarakat desa.
§ Sosiologi
Agama
Melibatkan
analisa sistematik mengenai fenomena agama dengan menggunakan kosep dan metode
sosiologi. Institusi agama dikaji sedemikian rupa dan struktur serta prosesnya
dianalisa dan begitu juga hubungannya dengan institusi yang lain, perkembangan,
penyebaran dan jatuhnya agama dikaji untuk keperluan prinsip umum yang dapat
diperoleh darinya. Metode pengendalian sosial melalui aktivitas agama dititik
beratkan seperti halnya aspek psikologi sosial mengenai tingkah laku kolektif
dalam hubungannya dengan fungsi agama. Ajaran agama dianalisa dalam hubungan
dengan struktur sosial, dimana ia dibentuk dan diteruskan, serta juga
hubungannya dengan aspek lain kebudayaan.
§ Sosiologi
Kota
Sosiologi
ini adalah kajian mengenai orang-orang kota dalam hubungan mereka antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Ia mengkaji ciri orang kota, organisasi
sosial, dan aktivitas institusi mereka, asas yang berlaku dalam kehidupan kota,
pengaruh kehidupan sosial atas kota besar dan beberapa masalah yang mereka
hadapi.
Sosiologi
memang adalah salah satu bidang ilmu yang dengan cepat akan melahirkan
kajian-kajian inter-disiplin pendekatan. Selama sebuah objek kajian berhubungan
dengan masyarakat, maka sosiologi akan tampil sebagai salah satu pendekatan
yang bisa digunakan untuk mengkaji objek tersebut. Selama politik mempunyai
masyrakat, selama sastra dibaca oleh masyrakat, selama dokter berpengaruh
terhadap masyrakat dan sebagainya, maka selama itu pula sosiologi bisa
digunakan dalam mengkaji objek-objek diatas.
§ Sosiologi
Pendidikan
Adalah
cabang Sosiologi yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi dalam aktivitas
atau lembaga pendidikan, baik pola-pola hubungan murid di dalam sekolah ataupun
di luar sekolah, hubungan murid dengan guru, atau hubungan lembaga pendidikan
dengan lembaga lainnya.
Sosiologi
pendidikan ini kemudian akan menghasilkan teori-teori yang sangat membantu
untuk mengatasi problem yang dihadapi dalam pendidikan, baik untuk mensukseskan
ataupun mencari format yang paling tepat dan efektif.
C. Pendekatan Sosiologi
Untuk menghasilkan suatu teori, maka
kajian-kajian ilmiah harus memiliki pendekatan-pendekatan, demikian halnya
dengan teori-teori sosiologi. Ada tiga pendekatan utama sosiologi, yaitu:
§ Pendekatan
struktural-fungsional.
Ini merupakan interdisiplin ilmu
antara pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme
akan mengkaji struktur kehidupan masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari
setiap struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat masyarakat sebagai
sebuah komponen yang memiliki struktur pembangun di dalamnya. Sedangkan
fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa setiap komponen dalam
masyarakat mempunyai fungsi dan peran di dalam masyarakat. Kajian ini
mengutamakan fungsi tersebut dan lebih mengabaikan struktur, bahwa setiap
komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak maka akan terjadi kepincangan
dalam kehidupan sosial.
Maka kombinasi antara strukturalisme
dan fungsionalisme ini memandang bahwa masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan
struktur saja atau fungsi saja, tapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik
dari strukturnya maupun fungsinya dan hubungan di antara keduanya.
Pendekatan struktural-fungsional
terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung pandangan makroskopis terhadap
masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa
seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog
sosial Inggris, namun yang pertama yang mengemukakan rumusan sistematis
mengenai teori ini adalah Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian
dikembangkan oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa tersebut,
terutama di Amerika.
Pendekatan
ini didasarkan pada dua asumsi dasar:
Ø Bahwa
masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yang dalam fungsi-fungsi mereka
masing-masing saling bergantung, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi
dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena
itu, tugas analisis sosiologis adalah menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan
sampai sejauh mana pengaruh tersebut.
Ø Bahwa
setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau
substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh
sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik,
agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
§ Pendekatan
konflik.
Baik
konflik nilai (the conflict of values) ataupun konflik kepentingan (the
conflict of interest). Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik
merupakan pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan
struktural-fungsional sosial makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang
sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun
sebagian besar tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini,
tetapi banyak asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori
sosiologis. Namun para pengikut sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman
sosiologis dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan praktek
ideologis hanya secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut
pendekatan sturuktural-fungsional.
Sosiolagi
Marx didasarkan pada dua asumsi pokok:
Ø Ia
memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan
kemasyarakatan.
Ø Ia
melihat masayarakat manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang sejarah.
Menurut Marx, motif-motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua struktur
lainnya, seperti agama, keluarga, hukum, seni, sastra, sains dan moralitas.
Ø Ia
menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara sedikian rupa,
sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oleh
segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya ditakdirkan
untuk bekerja untuk mereka dan tetap bergantung pada kemurahan hati segelintir
penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat terbagi jadi dua kelas:
Ø Kelas
pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum Borjouis.
Ø Kelas
buruh yang senantiasa terekploitasi yang dikenal dengan kaum Proletar.
D. Agama Sebagai Fenomena Sosiologi
Penjelasan yang bagaimanapun tentang
agama, tidak akan pernah tuntas tanpa menyertakan aspek sosiologisnya. Agama
yang menyakut kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan
masalah sosial dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat
manusia di mana kita memiliki catatan, termasuk yang biasa diketengahkan dan
ditafsirkan oleh ahli arkeologi.
Dalam masyarakat yang sudah mapan
agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi
kesluruhan sistem sosial, akan tetapi masalah agama berbeda dengan masalah
hukum, yang lazim menyangkut alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda
dengan lembaga ekonomi yang berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran dan
juga berbeda dengan lembaga keluarga yang mengatur serta memolakan hubungan
antar jenis kelamin, agar generasi yang diantaranya berkaitan dengan pertalian
keturunan serta kekerabatan.
Thomas F. Odea mengatakan “masalah
inti dari agama tampaknya menyangkut sesuatu yang masih kabur serta tidak dapat
diraba, yang realitas empirisnya sama sekali belum jelas, ia menyangkut dunia luar.
Hubungan manusia dan sikapnya terhadao dunia luar itu dan dengan apa yang
dianggap manusia sebagai implikasi praktis dari dunia luar tersebut terhadap
kehidupan manusia”.
Perbandingan aktivitas agama dengan
aktivitas lain, atau perbandingan lembaga keagamaan dengan lembaga sosial lain,
menujukkan bahwa agama dalam pautannya dengan masalah yang tidak dapat diraba
tersebut merupakan sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan
dengan masalah pokok manusia.
Namun kenyataan menunjuk lain,
sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang penting tertentu,
menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, yang dapat transedensinya mencakup
sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah
menunjukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk assosiasi manusia
yang paling mungkin untuk terus bertahan.
Disamping itu, agama telah
diceritakan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublim, sebagai
sejumlah sumber moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin
individu sebagai sesutau memuliakan dan membuat manusia beradab. Tetapi agama
juga dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia dan mempertinggi fanatisme dan
mempertinggi toleran, pengacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan.
Catatan sejarah yang ada menunjuk
agama sebagai salah penghambat tatanan sosial yang telah mapan. Tetapi agama
juga memperlihatkan kemampuannya melahirkan kecenderungan yang sangat
revolusioner, seperti peristiwa pemberontakan petani, pada abad ke-16 di
Jerman. Emile Durkheim seorang pelopor sosiologi agama di Prancis mengatakan
bahwa agama merupakan sumber semua kebudayaan yang sangat tinggi. Sedangkan
Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi manusia.
E. Pendekatan Sosiologis Dalam
Tradisi Intelektual Islam (Ibnu Khaldun).
Ibnu Khaldun menghimpun sosiologinya
dalam Muqaddimah. Cakrawala pikiran-pikiran Ibnu Khaldun sangat luas. Dia dapat
memahami masyarakat dengan segala totalitasnya, dan dia menunjukkan segala
penomena untuk bahan studinya. Dia juga mencoba untuk memahami gejala-gejala
itu dan menjelaskan hubungan kausalitas. Dibawah sorotan sinar sejarah,
kemudian ia mensistematiskan proses peristiwa-peristiwa dan kaitannya dalam
suatu kaidah sosial yang umum.
Muqaddimah bukanlah kajian sederhana
bagi ilmu kemasyarakatan, tetapi suatu percobaan yang berhasil dalam
memperbaharui ilmu sosial. Oleh karena itu, Ibnu Khaldun mengajak menjadikan
ilmu sosial sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Hal ini yang membuat Profesor
Sati al-Hasri berpendapat bahwa Ibnu Khaldun telah berbuat yang sedemikian jauh
sebelum Comte, lebih dari 460 tahun.
Keunggulan
Muqaddimah ditemukan dalam beberapa hal:
Yang pertama adalah pada falsafah
sejarah. Penemuan ini telah memberi kita pengertian tentang pemahaman yang baru
tentang sejarah, yaitu bahwa sejarah itu adalah ilmu dan memiliki filsafat.
Sejarah bukanlah semata-mata an-nass. Peristiwa-peristiwa sejarah terkait
dengan determinisme kealam dan bahwa penomena sejarah adalah kejadian-kejadian
dalam negara.
Metodologi sejarah Ibnu Khaldun
melihat bahwa kriteria logika tidak sejalan dengan watak benda-benda empirik,
oleh karena epistemologinya adalah observasi. Prinsip ini merangsang para
sejarawan untuk mengorientasikan pemikirannya kepada ekspriment dan tidak
menganggap cukup ekpsriment yang sifatnya individual, tetapi hendaknya
mengambil sejumlah ekperimen, dialah yang pertama berkata sesuai dengan
metodologi sejarah, adanya hubungan antara sejarah dengan ekonomi. Dia
berpendapat bahwa faktor utama dalam revolusi dan perubahan ialah ekonomi.
Ketiga bahwa beliaulah penggagas
ilmu peradaban, atau falsafah sosial. Pokok bahasannya ialah, kesejahteraan
masyarakat manusia dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun memandang ilmu
peradaban perdefenisi, ilmu baru luar biasa dan banyak faedahnya.
Dia jugalah yang pertama yang
mengaitkan antara evolusi masyarakat manusia dari satu sisi dan sebab yang
berkaitan pada sisi lain. Dia mengetahui dengan baik masalah-masalah penelitian
dan laporannya. Laporan penelitian menurutnya hendaklanya diperkuat oleh
dalil-dalil yang meyakinkan, ia telah mengkaji prilaku manusia dan pengaruh
iklim dan berbagai aspek pencarian nafkah beserta penejelasan pengaruhnya pada
konstitusi tubuh manusia dan intelektual manusia dan masyarakat.
F. Penulis Dan Karya Utama Dalam
Studi Islam Dengan Pendekatan Sosiologis
Dalam perkembangan Islam yang
berkaitan dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan maka kita akan dapat melihat berbagai
macam karya monumental yang masih tetap berpengaruh hingga saat ini.
Karya-karya tersebut bertujuan untuk menjelaskan Islam dengan pemahaman yang
lebih mendalam, lebih humanis dan lebih universal. Sumbangan karya tersebut
antara lain seperti karya para perawi hadist seperti Bukhori dan Muslim. Metode
seleksi mereka terhadap reputasi sosial mata rantai hadist dipandang sebagai
kajian yang dilakukan dengan pendekatan sosiologis.
Kajian monumental lainnya muncul
dalam bidang fikih. Abu Hanifah di Baghdad adalah orang yang sangat terkenal
dengan istinbat hukum yang bervariasi karena pengaruh kondisi sosial, masyarakat
yang homogen dan faktor lainnya. Selain beliau ada Imam Malik, Syafi’I dan
Ahmad.
Tentang Abu Hanifah, dalam pendapat
hukumnya, ia banyak dipengaruhi oleh perkembangan sosial yang terjadi di kota
Kufah. Kota Kufah terletak jauh dari Madinah
yang banyak merekam aktivitas Nabi dan kaum muslimin di masa awal. Dua
faktor, yakni sedikitnya hadist yang beredar di Kufah dan juga perkembangan
sosial masyaraktnya yang lebih dinamis karena keheterogenan penduduknya,
mempengaruhi cara pengambilan hukum antara Imam Malik di Madinah dengan Abu
Hanifah di Kufah.
G. Masalah dan Prospek Pendekatan
Sosiologi.
Ketiga pendekatan diatas adalah
pedekatan sosiologi kontemporer yang dibina dengan objek masyarakat Barat,
karenanya pendekatan tersebut tidak bersifat universal. Pemikiran Barat bukan
saja jauh dari, dan kerap bertentangan dengan persepsi-persepsi lokal
masyarakat non-Barat, tapi juga tidak mampu menjelaskan problem yang dihadapi
masyarakat pada zaman sekarang.
Upaya sosiologi modern untuk
menjelaskan stratifikasi sosial, perkawinan dan keluarga juga dikatakan tidak
memadai untuk menerangkan masyarakat non-Barat. Jika diperhatikan lebih dekat,
kita akan menemukan banyak perbedaan dalam pendekatan yang dianut dikalangan
para sosiolog suatu negara Barat dan yang lainnya.
Memang telah ada upaya untuk
meredakan perbedaan sosiologi antara satu negara Barat dengan yang lainnya.
Perbedaan ini bisa dihilangkan dengan interaksi yang lebih akrab antara para
sosiolog Eropa dan non-Eropa, tapi kita akan tetap merasakan adanya kenyataan
yang janggal, bahwa pendekatan sosiologi Barat didasarkan pada asumsi dan
penelitian yang asing bagi realitas sosial di masyarakat non-Barat.
Bila kita alihkan perhatian kita
dari masyarakat-masyarakat Barat pada umumnya ke masyarakat muslim atau yang
berkebudayaan Islam pada khusunya, maka akan kita lihat bahwa studi sitematis
mengenai Islam merupakan suatu bidang yang tidak benar-benar diperdulikan dalam
sosiologi. Nyaris tidak satupun studi sosiologis tentang Islam dan masyarakat muslim.[12]
H. Signifikansi Dan Konstribusi
Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam.
Pentingnya pendekatan sosiologis
dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang
berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah
sosial ini, selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat
untuk memahami agamanya. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya
perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial, dengan
mengajukan lima alasan sebagai berikut:
ü Dalam
Alquran atau hadist, proporsi terbesar kedua sember hukum Islam tersebut
berkenaan dengan urusan mua’amalah. Menurut Ayatullah Khomeini perbandingan
antara ayat ibadah dengan ayat kehidupan sosial adalah 1:100.
ü Bahwa
ditekankannya masalah mu’amalah atau sosial dalam masalah Islam adalah adanya
kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan mu’amalah
yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan.
ü Bahwa
ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada
ibadah yang bersifat perseorangan, karena itu shalat yang dilakukan berjama’ah
adalah lebih tinggi nilainya dari pada shalat yang dikerjakan sendirian.
ü Dalam
Islam terdapat ketentuaN bila urusan ibadah tidak dilakukan dengan sempurna,
maka kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
ü Dalam
Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemaysarakatan mendapat
amalan lebih besar dari pada ibadah sunnah.
Maka melalui pendekatan sosiologi
agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan
untukl kepentingan sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Sosiologi adalah studi sistematis
mengenai keadaan kelompok dan masyarakat
dan gejala gejalanya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.Sosiologi adalah
salah satu disiplin ilmu yang mempunyai banyak sub-disiplin. Beberapa
sub-disiplin tersebut adalah seperti Kriminologi, Sosiologi Sejarah, Sosiologi
Pendidikan, Sosiologi Industri dan sebagainya.
Pada dasarnya Sosiologi mempunyai
tiga pendekatan dasar, yakni pendekatan struktural-fungsional, pendekatan
konflik dan pendekatan interkasionisme-simbolis.
Karena beragama merupakan sebuah
kecenderungan alami manusia, dan telah menjadi sebuah fenomen yang banyak
ditemukan di seluruh ummat manusia di kebanyakan wilayah, maka dengan
sendirinya agama menjadi sebuah fenomena sosial yang tentu layak dikaji dengan
pendekatan sosiologi. Termasuk di dalamnya adalah agama Islam. Kehidupan
beragama kaum muslimin merupakan fenomena sosial yang menyediakan ruang lingkup
kajian yang begitu luas.
Pendekatan sosiologis dalam
kajian-kajian ke-Islaman sebenarnya bukanlah sebuah tradisi yang benar-benar
baru. Banyak kalangan mengakui bahwa pendekatan ini telah lama digunakan dalam
tradisi intelektual Islam, seperti penelitian kedhabitan para periwayat hadist
yang dilakukan oleh imam-imam Hadist, akan tetapi Ibn Khaldunlah yang kemudian
memakai pendekatan ini dengan metode yang lebih sistematis.
Pendekatan Sosiologi mempunyai peluang
yang sangat besar untuk berkembang dalam lingkup studi Islam. Dengan begitu
kntribusinya kemudian dalam tradisi intelektual Islam tentu saja akan sangat
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Syamsuddin. Agama Dan Masyarakat.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Ahmad, Ilyas Ba-Yunus dan Farid. Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan,
terj. Hamid Ba-Syaib. Syani, Abdul, Sosiologi
Dan Perubahan Masyarakat. Lampung: Pustaka Jaya, 1995.
Gelles, Richad J. -Ann Levine. Sociology An Introdution. USA: University Of Rhode Island, 1995.
Josefh,
S. Sosiologi Sebuah Pengenalan, terj.
Sahat Simamora. Jakarta: Bina Aksara, 1984.
Nata,
Abuddin. Metodologi Studi Islam.
Jakarta: Grafindo Persada, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar