Jumat, 27 Januari 2012

SOSIOLOGIS


BAB I
PENDAHULUAN
            Dengan menyebarnya kaum muslimin di berbagai wilayah, dengan terbentuknya kaum muslimin sebagai masyarakat sosial, maka secara otomatis kajian-kajian ke-Islaman, khususnya tentang masyarakat kaum muslimin layak untuk didekati dengan pendekatan sosiologis. Karena sosiologi itu sendiri merupakan ilmu yang berkenaan dengan masyarakat sosial, hubungan yang terjadi di dalamnya dan pengaruhnya kepada struktur masyarakat tersebut.
            Islam memang tidak akan dapat dipahami dengan universal dan humanis tanpa mendekatinya dengan pendekatan sosiologis. Beberapa gejala dalam masyarakat kaum muslimin, selain juga bisa didekati dengan beberapa pendekatan lain, tentu menyediakan ruang untuk dikaji dengan pendekatan sosiologis.
            Dalam makalah sederhana ini akan diuraikan tentang sosiologi sebagai pendekatan  kajian-kajian ke-Islaman yang dapat melahirkan studi-studi ke-Islaman yang lebih dinamis terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat.
            Beberapa masalah yang akan dijawab dalam makalah ini adalah tentang defenisi dan pengertian Sosiologi,  sub-disiplin Sosiologi, pengertian pendekatan sosiologis, agama sebagai fenomena sosiologis, pendekatan sosiologis dalam tradisi intelektual Islam dan karya-karya dalam pendekatan sosiologis dan prospek dan kontribusinya dalam studi Islam.







BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi
            Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata “socius” yang berarti teman dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara. Jadi sosiologi artinya berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.
            Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatakan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
            Sosiologi adalah bagian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha mencari tahu tentang hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dapat berulang. Berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada karakteristik pikiran dan tindakan orang per-orangan, sosiologi hanya tertarik kepada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kolompok atau masyarakat.
            Namun perlu diingat bahwa sosiologi adalah disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, dan ada banyak jenis sosiolog yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan tujuan berbeda-beda.
            Selain itu, sosiologi terminologikal juga diartikan sebagai studi sistematis mengenai keadaan kelompok dan masyarakat serta gejala-gejalanya yang saling berhubungan  dan saling mempengaruhi setiap tindakan. Sosiologi tidak membahas individu, akan tetapi lebih kepada gejala-gejala sosial yang berdasar pada penjelasan sejarah, peristiwa dan kehidupan nyata.

            Sosiologi juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antar hubungan di antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formil maupun materil, baik statis maupun dinamis.

B. Sub-Disiplin Sosiologi
            Secara umum sosiologi dibagi menjadi dua,yaitu sosiologi murni dan sosiologi terapan. Dengan kata lain, sosiologi ini dibagi menjadi sebagai ilmu terapan dan ilmu murni. Ilmu murni; melibatkan kumpulan pengetahuan sains yang diperoleh melalui proses akumulasi. Tujuannya adalah ilmu pengetahuan, tanpa memikirkan apakah ilmu pengetahuan itu penting atau tidak. Sedangkan ilmu terapan, berawal dari ilmu murni yang berhubungan dengan dasar penyelidikan pengetahuan teoritis yang maju.
            Karena objek studi sosiologi itu adalah masyarakat dan hubungan yang terjadi di dalamnya, maka seluruh bidang yang mempunyai masyarakat akan layak dikaji dengan pendekatan sosiologi. Dengan begitu akan muncul beberapa sub-disiplin sosiologi yang begitu banyak dibandingkan bila dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya.
            Beberapa sub-disiplin dalam sosiologi adalah sebagai berikut: kriminologi, sosiologi sejarah, geografi manusia, sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi pedesaan, sosiologi agama, sosiologi kota dan sosiologi pendidikan. Berikut pembahasannya satu persatu:
§  Kriminologi
Kriminologi adalah suatu kajian mengenai perkembangan aktivitas kejahatan dalam hubungannya dengan fungsi struktur institusi, dan metode mengendalikan penjahat dalam penangkapan, interogasi, dan perawatan berikutnya.

§  Sosiologi Sejarah
Sosiologi sejarah adalah suatu cabang sosiologi yang menggunakan data sejarah sebagai dasar untuk membuat generalisasi ilmiah. Ia mementingkan pola atau bentuk hidup kejiadian-kejadian yang telah terjadi dalam sejarah, bukannya mementingkan tertib tarikh peristiwa sejarah yang seragam seperti yang dapat disimpulkan dari peristiwa sejarah yang lalu.

§  Geograpi Manusia
Ilmu ini juga dinamakan antropo-geograpi, ialah suatu ilmu mengenai hubungan timbal balik antara manusia dengan alam lingkungan. Ia mempunyai dua prinsip pendekatan:
 pengaruh alam lingkungan seperti iklim, topograpi, kedudukan tanah dan air, yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia-suatu pengaruh yang biasanya dianggap sebagai bukan penenti tetapi sebagai suatu pembatasan terhadap batas-batas yang luas.
pengaruh manusia terhadap alam lingkungannnya. Ini termasuk dalam arti kata yang luas, semua perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam kebendaan, tetapi aktivitasnya lebih khusus seperti membersihkan hutan, mengalirkan daerah rawa, atau mempertahankan terusan.

§  Sosiologi Industri
§  Sosiologi ini berhubungan dengan cara mendapatkan pengetahuan mengenai proses sosial yang terlibat dalam aktivitas industri, dan dengan organisasi industri sebagai sistem sosial. Ia mengkaji aspek institusi mengenai aktivitas industri dan hubungan proses sosial dalam aktivitas industri kepada proses dalam tahap-tahap lain masyarakat.

§  Sosiologi Politik

Sosiologi politik adalah suatu cabang sosiologi yang menganalisa proses politik dalam rangka bidang sosiologi, mengorientasikan pengamatannya khusus kepada dinamika tingkah laku politik, karena ia dipengaruhi oleh beberapa proses sosial, seperti bekerja sama, persaingan, konflik, mobilitas sosial, pembentukan pendapatan umum, peralihan kekuasaan, beberapa kelompok, dan semua proses yang terlibat yang mempengaruhi tingkah laku politik.
§  Sosiologi Pedesaan
Ialah kajian mengenai penduduk desa dalam hubungan dengan kelompoknya. Ia menggunakan metode dan prinsip sosiologi umum dan menggunakannya dalam kajian mengenai penduduk desa. Ia mengkaji ciri-ciri penduduk desa, organisasi sosial desa, dan berbagai lembagai dan assosiasi yang berfungsi di dalam kehidupan sosial desa, proses sosial yang penting seperti yang terdapat dalam kehidupan di desa, pengaruh perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa.

§  Sosiologi Agama
Melibatkan analisa sistematik mengenai fenomena agama dengan menggunakan kosep dan metode sosiologi. Institusi agama dikaji sedemikian rupa dan struktur serta prosesnya dianalisa dan begitu juga hubungannya dengan institusi yang lain, perkembangan, penyebaran dan jatuhnya agama dikaji untuk keperluan prinsip umum yang dapat diperoleh darinya. Metode pengendalian sosial melalui aktivitas agama dititik beratkan seperti halnya aspek psikologi sosial mengenai tingkah laku kolektif dalam hubungannya dengan fungsi agama. Ajaran agama dianalisa dalam hubungan dengan struktur sosial, dimana ia dibentuk dan diteruskan, serta juga hubungannya dengan aspek lain kebudayaan.

§  Sosiologi Kota
Sosiologi ini adalah kajian mengenai orang-orang kota dalam hubungan mereka antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ia mengkaji ciri orang kota, organisasi sosial, dan aktivitas institusi mereka, asas yang berlaku dalam kehidupan kota, pengaruh kehidupan sosial atas kota besar dan beberapa masalah yang mereka hadapi.
Sosiologi memang adalah salah satu bidang ilmu yang dengan cepat akan melahirkan kajian-kajian inter-disiplin pendekatan. Selama sebuah objek kajian berhubungan dengan masyarakat, maka sosiologi akan tampil sebagai salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk mengkaji objek tersebut. Selama politik mempunyai masyrakat, selama sastra dibaca oleh masyrakat, selama dokter berpengaruh terhadap masyrakat dan sebagainya, maka selama itu pula sosiologi bisa digunakan dalam mengkaji objek-objek diatas.

§  Sosiologi Pendidikan
Adalah cabang Sosiologi yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi dalam aktivitas atau lembaga pendidikan, baik pola-pola hubungan murid di dalam sekolah ataupun di luar sekolah, hubungan murid dengan guru, atau hubungan lembaga pendidikan dengan lembaga lainnya.
Sosiologi pendidikan ini kemudian akan menghasilkan teori-teori yang sangat membantu untuk mengatasi problem yang dihadapi dalam pendidikan, baik untuk mensukseskan ataupun mencari format yang paling tepat dan efektif.

C. Pendekatan Sosiologi
            Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian ilmiah harus memiliki pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi. Ada tiga pendekatan utama sosiologi, yaitu:
§  Pendekatan struktural-fungsional.
            Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur pembangun di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan peran di dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan fungsi tersebut dan lebih mengabaikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.

            Maka kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang bahwa masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja, tapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya dan hubungan di antara keduanya.

            Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog sosial Inggris, namun yang pertama yang mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori ini adalah Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa tersebut, terutama di Amerika.
Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar:
Ø  Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yang dalam fungsi-fungsi mereka masing-masing saling bergantung, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologis adalah menyelidiki mengapa  suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan sampai sejauh mana pengaruh tersebut.
Ø  Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik, agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.

§  Pendekatan konflik.

Baik konflik nilai (the conflict of values) ataupun konflik kepentingan (the conflict of interest). Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik merupakan pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis. Namun para pengikut sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan sturuktural-fungsional.
Sosiolagi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok:
Ø  Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan kemasyarakatan.
Ø  Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang sejarah. Menurut Marx, motif-motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum, seni, sastra, sains dan moralitas.
Ø  Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi dikuasai oleh segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya ditakdirkan untuk bekerja untuk mereka dan tetap bergantung pada kemurahan hati segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat terbagi jadi dua kelas:
Ø  Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum Borjouis.
Ø  Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang dikenal dengan kaum Proletar.
           
D. Agama Sebagai Fenomena Sosiologi
            Penjelasan yang bagaimanapun tentang agama, tidak akan pernah tuntas tanpa menyertakan aspek sosiologisnya. Agama yang menyakut kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah sosial dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia di mana kita memiliki catatan, termasuk yang biasa diketengahkan dan ditafsirkan oleh ahli arkeologi.
            Dalam masyarakat yang sudah mapan agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi kesluruhan sistem sosial, akan tetapi masalah agama berbeda dengan masalah hukum, yang lazim menyangkut alokasi serta pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi yang berkaitan dengan kerja, produksi dan pertukaran dan juga berbeda dengan lembaga keluarga yang mengatur serta memolakan hubungan antar jenis kelamin, agar generasi yang diantaranya berkaitan dengan pertalian keturunan serta kekerabatan.
            Thomas F. Odea mengatakan “masalah inti dari agama tampaknya menyangkut sesuatu yang masih kabur serta tidak dapat diraba, yang realitas empirisnya sama sekali belum jelas, ia menyangkut dunia luar. Hubungan manusia dan sikapnya terhadao dunia luar itu dan dengan apa yang dianggap manusia sebagai implikasi praktis dari dunia luar tersebut terhadap kehidupan manusia”.
            Perbandingan aktivitas agama dengan aktivitas lain, atau perbandingan lembaga keagamaan dengan lembaga sosial lain, menujukkan bahwa agama dalam pautannya dengan masalah yang tidak dapat diraba tersebut merupakan sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan dengan masalah pokok manusia.
            Namun kenyataan menunjuk lain, sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, yang dapat transedensinya mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk assosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan.
            Disamping itu, agama telah diceritakan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublim, sebagai sejumlah sumber moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu sebagai sesutau memuliakan dan membuat manusia beradab. Tetapi agama juga dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia dan mempertinggi fanatisme dan mempertinggi toleran, pengacuhan, pengabaian, takhyul dan kesia-siaan.
            Catatan sejarah yang ada menunjuk agama sebagai salah penghambat tatanan sosial yang telah mapan. Tetapi agama juga memperlihatkan kemampuannya melahirkan kecenderungan yang sangat revolusioner, seperti peristiwa pemberontakan petani, pada abad ke-16 di Jerman. Emile Durkheim seorang pelopor sosiologi agama di Prancis mengatakan bahwa agama merupakan sumber semua kebudayaan yang sangat tinggi. Sedangkan Marx mengatakan bahwa agama adalah candu bagi manusia.

E. Pendekatan Sosiologis Dalam Tradisi Intelektual Islam (Ibnu Khaldun).
            Ibnu Khaldun menghimpun sosiologinya dalam Muqaddimah. Cakrawala pikiran-pikiran Ibnu Khaldun sangat luas. Dia dapat memahami masyarakat dengan segala totalitasnya, dan dia menunjukkan segala penomena untuk bahan studinya. Dia juga mencoba untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas. Dibawah sorotan sinar sejarah, kemudian ia mensistematiskan proses peristiwa-peristiwa dan kaitannya dalam suatu kaidah sosial yang umum.
            Muqaddimah bukanlah kajian sederhana bagi ilmu kemasyarakatan, tetapi suatu percobaan yang berhasil dalam memperbaharui ilmu sosial. Oleh karena itu, Ibnu Khaldun mengajak menjadikan ilmu sosial sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Hal ini yang membuat Profesor Sati al-Hasri berpendapat bahwa Ibnu Khaldun telah berbuat yang sedemikian jauh sebelum Comte, lebih dari 460 tahun.
Keunggulan Muqaddimah ditemukan dalam beberapa hal:
            Yang pertama adalah pada falsafah sejarah. Penemuan ini telah memberi kita pengertian tentang pemahaman yang baru tentang sejarah, yaitu bahwa sejarah itu adalah ilmu dan memiliki filsafat. Sejarah bukanlah semata-mata an-nass. Peristiwa-peristiwa sejarah terkait dengan determinisme kealam dan bahwa penomena sejarah adalah kejadian-kejadian dalam negara.
            Metodologi sejarah Ibnu Khaldun melihat bahwa kriteria logika tidak sejalan dengan watak benda-benda empirik, oleh karena epistemologinya adalah observasi. Prinsip ini merangsang para sejarawan untuk mengorientasikan pemikirannya kepada ekspriment dan tidak menganggap cukup ekpsriment yang sifatnya individual, tetapi hendaknya mengambil sejumlah ekperimen, dialah yang pertama berkata sesuai dengan metodologi sejarah, adanya hubungan antara sejarah dengan ekonomi. Dia berpendapat bahwa faktor utama dalam revolusi dan perubahan ialah ekonomi.
            Ketiga bahwa beliaulah penggagas ilmu peradaban, atau falsafah sosial. Pokok bahasannya ialah, kesejahteraan masyarakat manusia dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun memandang ilmu peradaban perdefenisi, ilmu baru luar biasa dan banyak faedahnya.

            Dia jugalah yang pertama yang mengaitkan antara evolusi masyarakat manusia dari satu sisi dan sebab yang berkaitan pada sisi lain. Dia mengetahui dengan baik masalah-masalah penelitian dan laporannya. Laporan penelitian menurutnya hendaklanya diperkuat oleh dalil-dalil yang meyakinkan, ia telah mengkaji prilaku manusia dan pengaruh iklim dan berbagai aspek pencarian nafkah beserta penejelasan pengaruhnya pada konstitusi tubuh manusia dan intelektual manusia dan masyarakat.

F. Penulis Dan Karya Utama Dalam Studi Islam Dengan Pendekatan Sosiologis
            Dalam perkembangan Islam yang berkaitan dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan maka kita akan dapat melihat berbagai macam karya monumental yang masih tetap berpengaruh hingga saat ini. Karya-karya tersebut bertujuan untuk menjelaskan Islam dengan pemahaman yang lebih mendalam, lebih humanis dan lebih universal. Sumbangan karya tersebut antara lain seperti karya para perawi hadist seperti Bukhori dan Muslim. Metode seleksi mereka terhadap reputasi sosial mata rantai hadist dipandang sebagai kajian yang dilakukan dengan pendekatan sosiologis.
            Kajian monumental lainnya muncul dalam bidang fikih. Abu Hanifah di Baghdad adalah orang yang sangat terkenal dengan istinbat hukum yang bervariasi karena pengaruh kondisi sosial, masyarakat yang homogen dan faktor lainnya. Selain beliau ada Imam Malik, Syafi’I dan Ahmad.
            Tentang Abu Hanifah, dalam pendapat hukumnya, ia banyak dipengaruhi oleh perkembangan sosial yang terjadi di kota Kufah. Kota Kufah terletak jauh dari Madinah  yang banyak merekam aktivitas Nabi dan kaum muslimin di masa awal. Dua faktor, yakni sedikitnya hadist yang beredar di Kufah dan juga perkembangan sosial masyaraktnya yang lebih dinamis karena keheterogenan penduduknya, mempengaruhi cara pengambilan hukum antara Imam Malik di Madinah dengan Abu Hanifah di Kufah.



G. Masalah dan Prospek Pendekatan Sosiologi.
            Ketiga pendekatan diatas adalah pedekatan sosiologi kontemporer yang dibina dengan objek masyarakat Barat, karenanya pendekatan tersebut tidak bersifat universal. Pemikiran Barat bukan saja jauh dari, dan kerap bertentangan dengan persepsi-persepsi lokal masyarakat non-Barat, tapi juga tidak mampu menjelaskan problem yang dihadapi masyarakat pada zaman sekarang.
            Upaya sosiologi modern untuk menjelaskan stratifikasi sosial, perkawinan dan keluarga juga dikatakan tidak memadai untuk menerangkan masyarakat non-Barat. Jika diperhatikan lebih dekat, kita akan menemukan banyak perbedaan dalam pendekatan yang dianut dikalangan para sosiolog suatu negara Barat dan yang lainnya.
            Memang telah ada upaya untuk meredakan perbedaan sosiologi antara satu negara Barat dengan yang lainnya. Perbedaan ini bisa dihilangkan dengan interaksi yang lebih akrab antara para sosiolog Eropa dan non-Eropa, tapi kita akan tetap merasakan adanya kenyataan yang janggal, bahwa pendekatan sosiologi Barat didasarkan pada asumsi dan penelitian yang asing bagi realitas sosial di masyarakat non-Barat.
            Bila kita alihkan perhatian kita dari masyarakat-masyarakat Barat pada umumnya ke masyarakat muslim atau yang berkebudayaan Islam pada khusunya, maka akan kita lihat bahwa studi sitematis mengenai Islam merupakan suatu bidang yang tidak benar-benar diperdulikan dalam sosiologi. Nyaris tidak satupun studi sosiologis tentang Islam dan masyarakat muslim.[12]

H. Signifikansi Dan Konstribusi Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam.
            Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini, selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:
ü  Dalam Alquran atau hadist, proporsi terbesar kedua sember hukum Islam tersebut berkenaan dengan urusan mua’amalah. Menurut Ayatullah Khomeini perbandingan antara ayat ibadah dengan ayat kehidupan sosial adalah 1:100.
ü  Bahwa ditekankannya masalah mu’amalah atau sosial dalam masalah Islam adalah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan mu’amalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan.
ü  Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan, karena itu shalat yang dilakukan berjama’ah adalah lebih tinggi nilainya dari pada shalat yang dikerjakan sendirian.
ü  Dalam Islam terdapat ketentuaN bila urusan ibadah tidak dilakukan dengan sempurna, maka kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
ü  Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemaysarakatan mendapat amalan lebih besar dari pada ibadah sunnah.
            Maka melalui pendekatan sosiologi agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untukl kepentingan sosial.








BAB III
KESIMPULAN
            Sosiologi adalah studi sistematis mengenai keadaan kelompok dan masyarakat  dan gejala gejalanya yang saling berhubungan  dan saling mempengaruhi.Sosiologi adalah salah satu disiplin ilmu yang mempunyai banyak sub-disiplin. Beberapa sub-disiplin tersebut adalah seperti Kriminologi, Sosiologi Sejarah, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi Industri dan sebagainya.
            Pada dasarnya Sosiologi mempunyai tiga pendekatan dasar, yakni pendekatan struktural-fungsional, pendekatan konflik dan pendekatan interkasionisme-simbolis.
            Karena beragama merupakan sebuah kecenderungan alami manusia, dan telah menjadi sebuah fenomen yang banyak ditemukan di seluruh ummat manusia di kebanyakan wilayah, maka dengan sendirinya agama menjadi sebuah fenomena sosial yang tentu layak dikaji dengan pendekatan sosiologi. Termasuk di dalamnya adalah agama Islam. Kehidupan beragama kaum muslimin merupakan fenomena sosial yang menyediakan ruang lingkup kajian yang begitu luas.
            Pendekatan sosiologis dalam kajian-kajian ke-Islaman sebenarnya bukanlah sebuah tradisi yang benar-benar baru. Banyak kalangan mengakui bahwa pendekatan ini telah lama digunakan dalam tradisi intelektual Islam, seperti penelitian kedhabitan para periwayat hadist yang dilakukan oleh imam-imam Hadist, akan tetapi Ibn Khaldunlah yang kemudian memakai pendekatan ini dengan metode yang lebih sistematis.
            Pendekatan Sosiologi mempunyai peluang yang sangat besar untuk berkembang dalam lingkup studi Islam. Dengan begitu kntribusinya kemudian dalam tradisi intelektual Islam tentu saja akan sangat besar.





DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syamsuddin. Agama Dan Masyarakat. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Ahmad, Ilyas Ba-Yunus dan Farid. Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib. Syani, Abdul, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat. Lampung: Pustaka Jaya, 1995.
Gelles, Richad J. -Ann Levine. Sociology An Introdution. USA: University Of Rhode Island, 1995.
Josefh, S. Sosiologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora. Jakarta: Bina Aksara, 1984.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Grafindo Persada, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar